Judul tulisan diatas adalah nada penyesalan yang penulis kutip dari terjemahan surah Al Fajr (Fajar) juz 30. Yaitu ayat 23 dan 24 : “dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam, maka waktu itu ingatlah manusia akan kesalahannya, akan tetapi tidak ada gunanya ingatan itu baginya dan dia berkata, alangkah baiknya sekiranya aku dahulu beramal untuk hidupku ini”.
Dunia dan semua isinya adalah kenikmatan sementara. Tetapi banyak orang yang tertipu mengejar mati-matian sehingga berani melanggar aturan Negara dan menyepelekan aturan agama.
Mencuri (korupsi), merampas hak orang lain, menipu dan perbuatan lainnya untuk mencari kekayaan, pada saat ini bukan sesuatu yang dilakukan secara sembunyi dengan rasa malu. Tetapi sudah terang-terangan dan bangga.
Akibatnya, akhirat yang langgeng dan abadi, gaung nyaringnya hanya pada waktu sedang ada pengajian di majelis ta’lim. Sesudah itu, godaan dunia dan isinya kembali mendominasi kehidupan manusia.
LIMA PERKARA
Allah SWT berfirman dalam surah al kahfi 46 “buatlah missal kepada mereka tentang kehidupan dunia yang seperti air hujan. Kami turunkan dari langit, akibatnya tumbuh suburlah tanaman di bumi, kemudian ia menjadi kering akibat hembusan angin. Dan allah berkuasa atas segala sesuatu. Harta kekayaan dan anak-anak adalah merupakan perhiasan kehidupan dunia, namun amal-amal lagi baik adalah lebih besar pahalanya disisi Allah dan lebih baik menjadi idaman”.
Dalam kitab mutiara muballigh yang diterjemahkan abu HF. Ramadhan, ditulis tentang pengetahuan dunia dan nasihat dari Nabi ‘Isa AS, yakni : “Dunia terbagi atas 3 masa, masa silam, masa sekarang, dan masa yang akan dating, masa silam sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, masa esok kita tidak akan tahu apakah bakal mengalaminya, dan masa sekarang, yang sedang dijalani ini, manfaatkanlah sebaik-baiknya, terutama untuk akhirat.
Dalam suatu hadist, Nabi Muhammad SAW member nasehat kepada seorang priam sabdanya : “Manfaatkanlah 5 perkara sebelum dating 5 perkara yang lain, yaitu masa remajamu sebelum dating masa lanjutmu, masa kayamu sebelum dating masa miskinmu, masamu yang longgar sebelum datang masamu yang sempit, masa sehatmu sebelum datang penyakit padamu dan masa hidup yang diberikan Allah kepadamu”.
Pernah dan seringkah nasihat Rasul ini kita renungkan ? Renungkan ketika kita terbaring sakit, betapa nikmatnya rasa sehat. Betapa menyenangkan ketika uang masih banyak dan rasakan pahitnya sudah “kere”.
Alangkah senangnya ketika masih muda remaja, dan tidak berdaya ketika sudah tua renta. Sungguh nikmat ketika masih hidup, banyangkan nanti ketika kematian datang kepada kita. Kalau kita sering merenungkan nasihat Rasulullah SAW ini dan kemudian berbuat positif, Insya Allah tidak akan pernah kita merasa menyesal dengan kehidupan dunia yang sementara ini.
ALASAN
Allah SWT dengan Ilmunya sudah mengetahui bahwa kelak ada ada saja alasan manusia tidak beribadah atau tidak beramal, dan kalaupun beribadah, hanya pas-pasan atau sekedar “membanyar hutang”.
Di dalam kitab tanbighul Ghafilin, dijelaskan kelak pada hari kiamat ada 4 golongan yang mencoba berargumentasi dengan Allah, mengapa mereka beribadah tidak dengan baik, ke empat golongan itu adalah golongan orang kaya, golongan orang miskin, golongan orang yang sakit, dan golongan budak sahaya.
Golongan orang kaya member alasan karena kekayaan mereka dan mengurus kekayaan itu, maka tidak dapat beribadah dengan sempurna. Menjawab alasan ini, Allah menegaskan”Kalian menyatakan kaya? Manakah yang lebih kaya kalian dengan Nabi Sulaiman. Dia jauh berlipat ganda kaya dari kalian, tetapi harta bendanya tidaklah mencegah dia beribadah kepadaKu”.
Golongan orang miskin, mengatakan : “Ya tuhan, sungguh sulit dan payahnya mencari nafkah sehari-hari untuk hajat hidupku dan keluargaku, mencegahku untuk beribadah kepadaMu”.
Allah berkata kepada mereka :”Manakah yang lebih miskin, Nabi ‘Isa ataukah kalian? Mestinya kalian malu, Nabi ‘Isa yang lebih miskin dan fakir dari kalian, tetapi kemiskinan dan kefakirannya itu tidak menghalanginya beribadah kepadaKu”.
Golongan orang sakit, yang mencoba mengelak dengan mengeluhkan penyakit mereka, berkata :”Ya Allah, penderitaan karena penyakitku inilah yang menghalangi aku beribadah kepadaMu”.
Mendengar hal ini, dijawab Allah dengan FirmanNya:” Mana lebih parah penyakitmu atau penyakit yang kutimpakan kepada Nabi Ayyub ? Berlipat ganda lebih parah penyakit ayyub, tetapi penyakit itu tidak menghalanginya beribadah kepadaku”.
Golongan budak sahaya berkata : “Ya Tuhan, aku seorang budak dan keadaanku ini menghalangiku beribadah kepadaMu”.
Alasan ini dijawab oleh Allah dengan firmanNya :”Nabi Yusuf juga budak atau hamba sahaya. Tetapi hal itu tidak menghalanginya beribadah kepadaKu”.
Sekarang mari kita mengitrospeksi diri masing-masing. Termasuk golongan manakah kita?
BERAMAL
Mari kita resapkan sabda Rasulullah SAW seperti yang dikatakan abu hurairah R.a yaitu :”Tiada bergeser telapak kaki seorang hamba kelak di hari kiamat, sehingga kepadanya ditanyakan dan dituntut tentang empat perkara : tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, tentang tubuhnya dipakai untuk apa saja, tentang ilmunya sampai sejauh mana diamalkan dan tentang hartanya, dengan cara bagaimana diperoleh dan untuk apa dipergunakan?
Jadi dengan mengetahui apa yang bakal terjadi kelak setelah didunia ini kita tinggalkan, maka berhijrahlah (berpindahlah, dari yang selama ini tidak beribadah kepada Allah menjadi mulai beramal shalih dengan melakukannya dengan ikhlas.
Dari yang sudah baik beribadah, terus menyempurnakannya. Sebab, masa berjalan terus, masa depan, belum tentu umur kita sampai kesitu. Maka, masa yang sedang kita jalani, inilah yang harus kita optimalkan penggunaannya.
Beramal, tidak hanya semata kepada dan untuk Allah. Beramal, juga kepada sesame. Ketika masih kaya, Beramallah dengan Infak, sedekah untuk agama Allah maupun untuk mereka yang membutuhkannya. Jadikanlah kekayaan kita, yang diperoleh dengan cara halal, menjadi semacam tabungan untuk hari akhir kelak.
Ketika muda, kuat dan sehat, beramal ibadahlah. Jangan nanti ketika badan mulai rapuh, baru datang kesadaran untuk beribadah. Jangan tunggu usia tua, baru beribadah.
Seseorang mati bukan karena usia tua, tetapi karena seseorang itu mempunyai nyawa, dan Allah berfirman “setiap yang bernyawa akan merasakan mati”. Contoh membuktikannya. Anak muda belasan tahun, mati, karena kecelakaan. Pria dewasa, meninggal dunia.
Jadi, menunggu usia tua, lalu berbadah, itu sangat keliru. Kalau usia kita bisa mencapai tua, kalau tidak, akan terucapkanlah seperti apa yang difirmankan Allah SWT :”Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu beramal”.
ConversionConversion EmoticonEmoticon